Senin, 16 Maret 2015

Aliansi Perempuan Bali Bangkit peringati Hari Perempuan International

8 Maret: Hari Perempuan Pekerja International.

Denpasar, 8 Maret 2015, Memperingati Hari Perempuan International (HPI) yang ke 104 Aliansi Perempuan Bali Bangkit yang terdiri dari berbagai oraganisasi massa dan LSM seperti, Komite Persiapan Serikat Perempuan Indonesia (KP-SERUNI), Serikat Buruh Mandiri (SPM), Front Mahasiswa Nasional (FMN), Badan Eksekutif Mahasiswa Udayana, LBH-Bali dan LBH APIK. 



Puluhan massa aksi yang tergabung dalam Aliansi Perempuan Bali Bangkit dalam peringatan HPI kali ini mengangkat tema “ Perempuan Bangkit Melawan Penindasan”. Tema ini diangkat sebagai landasan bahwa masa kini perempuan Indonesia masih dalam kungkungan penindasan yaitu penindasan patriakal feodal yang mengalami berbagai macam masalah diskriminasi ditempat kerja, rumah dan tempat-tempat umum, kekerasan fisik, kekerasan seksual dan minimnya akses pendidikan.
Tidak hanya itu, perwakilan dari SPM menyampaikan bahwa, “perempuan buruh hari ini, khususnya buruh pariwisata masih menghadapi berbagai persoalan diantaranya rasa takut saat bekerja, pelecehan seksual dan upah yang rendah” tegasnya.

Persoalan upah layak menjadi persoalan yang sangat mendesak mengingat Bali sebagai daerah tujuan wisata internasional. Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali No.58/2014, Upah Minimum Provinsi (UMP) Bali pada 2015 ditetapkan hanya naik 5% atau senilai Rp 78.572 menjadi sebesar Rp 1.621.172 dari sebelum Rp.1.542.600.  Besaran UMP Bali tentu jauh dari Kebutuhan Hidup Layak (KHL).

“riset yang dilakukan oleh LBH Bali sendiri menghasilkan, bahwa KHL di Denpasar dan Badung sebesar Rp.2.200.000. Sehingga dengan besaran UMP yang ditetapkan oleh Pemerintah Bali hari ini, pemerintah memaksa para buruh untuk menanggung hutang agar mampu memenuhi kebutuhan hidup layak” teriak Vany Primaliraning sebagai koordinator lapangan aksi.
Sita Metri perwakilan dari LBH-Bali juga menyampaikan dalam orasinya, “bahwa pemerintah Indonesia hari ini harus mewujudkan perlindungan yang nyata terhadap perempuan dengan membuat kebijakan atau undang-undang yang tidak mendiskriminasi perempuan, mendesak pemerintah Indonesia untuk segera mewujudkan undang-undang perlindungan Pekerja Rumah Tangga baik yang di dalam negeri ataupun di luar negeri”.

Putu Tunggadewi sebagai perwakilan dari FMN menyampaikan bahwa, “mahasiswi di lembaga pedidikan setingkat kampus hari ini masih rentan mengalami pelecehan seksual dilingkungan kampus. Maka hari ini seharusnya mahasiswa bangkit menyuarakan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh mahasiswa didalam kampus seperti hentikan pelecehan seksual terhadap mahasiswi dan persoalan-persoalan lain seperti biaya pendidikan yang sangat mahal”. ungkapnya


Dalam orasi penutup aksi Humas aksi menyampaikan bahwa, “dalam semangat peringatan kebangkitan gerakan perempuan di seluruh dunia yang kemudian menjadikan 8 Maret sebagai hari perempuan internasional, maka sudah wajib hukumnya bagi perempuan Indonesia hari ini yang masih ditindas oleh sistem patriarkal untuk mengorganisasikan dirinya dalam organisasi-organisasi maju yang anti patriarkal, melawan berbagai macam sistem yang diskriminatif terhadap perempuan dan tidak terpisah dengan gerakan rakyat lainnya.” tegasnya.

Dalam aksi damai yang simpatik yang diselenggarakan di depan Bajra Sandhi, lapangan Renon  tidak hanya orasi-orasi yang dilakukan untuk menyampaikan aspirasi tapi mereka juga melakukan tarian flashmob anti kekerasan terhadap perempuan dan anak, juga musikalisasi puisi yang dibawakan oleh para mahasiswa.



  
Beberapa link dibawah ini adalah berita-berita mengenai aksi Aliansi Perempuan Bali Bangkit;

http://www.antarabali.com/berita/69081/organisasi-perempuan-bali-berorasi-lawan-penindasan
http://balitribune.co.id/2015/03/stop-diskriminasi-pada-perempuan/
http://baliolnews.com/peringati-hari-perempuan-internasional-aliansi-perempuan-bali-bangkit-gelar-mimbar-bebas/
http://suarabali.com/ini-tuntutan-perempuan-di-hari-perempuan-internasional/
http://www.beritasatu.tv/news/aksi-flash-mob-memperingati-hari-perempuan-internasional/


Tidak ada komentar: